Pemberdayaan Kader Posyandu dalam Penggunaan Media Putar Antropometri Status Gizi Usia 0-59 Bulan
DOI:
https://doi.org/10.30999/jpkm.v13i3.2933Keywords:
Kader Posyandu, Media Putar, Antropemetri 0-59 BulanAbstract
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu pelayanan kesehatan untuk memudahkan masyarakat mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu dan anak balita.. Kualitas dan kuantitas dari pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh keberhasilan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan holistik pada klien dalam rangka memenuhi sasaran yang ingin dicapai. Posyandu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan dan merupakan bagian dari pembangunan kesehatan yang diprogramkan oleh pemerintah yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi, angka kelahiran bayi, dan angka kematihn ibu , serta dalam rangka mempercepat terwuiudnya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Secara teknis tugas kader yang terkait dengan gizi adalah melakukan pendataan balita, melakukan penimbangan serta mencatatnya dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan makanan tambahan, mendistribusikan vitamin A, melakukan penyuluhan gizi serta kunjungan ke rumah ibu yang menyusui dan ibu yang memiliki balita. Produk Standar Antropometri merupakan pengembangan dari Lampiran PMK No.2 Tahun 2020 tentang Standar Antropomteri Anak yang berbentuk tabel. Adanya produk ini diharapkan memberikan solusi kepada kader dalam memberikan pelayanan khususnya dalam melakukan pengukuran antropometri kepada Balita dalam menentukan status gizi agar lebih efektif dan efisien. Kegiatan PkM dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Banabungi Kabupaten Buton pada Tanggal 24 Juli 2023 yang terdiri atas 2 orang dosen serta 2 orang mahasiswa kebidanan Politeknik Baubau yang turut berpartisipasi. Sasaran PkM ini Kader Posyandu Mawar 3 yang berjumlah 5 orang. Kegiatan PkM terdiri atas 6 tahapan, yaitu Pembukaan: diawali dengan salam kemudian pemateri memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan dan sasaran serta membagikan lembar pre test yang kemudian diisi oleh kader Posyandu. Proses: pemateri menyampaikan materi dengan metode ceramah dan dibantu media handout dilanjutkan dengan diskusi serta tanya jawab. Evaluasi: pemateri memberikan lembar post test dan meminta kader Posyandu untuk mengisinya serta memberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Refleksi: pemateri memberikan pesan dari kegiatan PkM yang telah dilakukan. Tindak lanjut: pemateri memberikan edukasi kepada kader Posyandu tentang manfaat produk yang ada. Penutupan: mengucapkan salam dan hamdalah. Hasil kegiatan PkM menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan kader Posyandu terhadap penggunaan Media Putar Antropometri Status Gizi Usia 0-59 Bulan pre test 25% menjadi 100% pada saat post test.
References
Altahira, S., Alam, H. S., P, S., & Sapril, S. (2022). Edukasi Manfaat Buah Pepaya Lokal pada Ibu Hamil dalam Meningkatkan Kuantitas ASI. Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat, 3(2), 181–186. https://doi.org/10.35311/jmpm.v3i2.92
Altahira, S., Alam, H. S., Sapril, S., Asriadi, A., Ansi, S. A., & Manjaruni, A. T. S. A. (2022). Pemberdayaan Kader Posyandu dalam Meningkatkan Cakupan Kunjungan Posyandu Balita melalui Inovasi MAIMO (Mari Ikut Meriahkan Posyandu) di Kabupaten Buton. Jurnal Abdimas Mahakam, 6(02), 151–158. https://doi.org/10.24903/jam.v6i02.1484
Ambarita, L., Husna, A., & Sitorus, H. (2019). Pengetahuan Kader Posyandu, Para Ibu Balita Dan Perspektif Tenaga Kesehatan Terkait Keaktifan Posyandu Di Kabupaten Aceh Barat. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 22(3), 147–157. https://doi.org/10.22435/hsr.v22i3.65
Hafifah, N., & Abidin, Z. (2020). Peran Posyandu dalam Meningkatkan Kualitas Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Sukawening, Kabupaten Bogor. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat, 2(5), 893–900.
IP, S., D.I, A., A, W., & E, A. (2014). The Relationship of Giving Exclusive Breastfeeding to Nutritional Status of 0-6 Months Infants in Rajabasa Bandar Lampung Health Center Area. Major. (Medical J. Lampung Univ, 3(2), 100–107.
Suhat, & Hasanah, R. (2014). Factors related to the activity of cadres in integrated health care sessions (study in Palasari health care district of Subang). Kesehatan Masyarakat, 10(1), 73–79.